PARLEMENTARIA.ID –
Studi Kasus Kinerja DPR: Menguak Sisi Keberhasilan yang Sering Terlupakan Menurut Pengamat
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia adalah salah satu pilar demokrasi yang paling sering menjadi sorotan publik. Dalam narasi keseharian, DPR kerap diasosiasikan dengan kritik, kontroversi, dan persepsi negatif yang melekat kuat di benak masyarakat. Namun, di balik riuhnya kritik tersebut, ada narasi lain yang muncul dari kalangan pengamat politik, akademisi, dan pakar legislasi yang menyajikan perspektif lebih nuansa. Mereka melihat adanya sisi keberhasilan dan kemajuan signifikan dalam kinerja DPR yang seringkali terlewatkan atau kurang terekspos.
Artikel ini akan mengupas tuntas studi kasus mengenai kinerja DPR dari sudut pandang para pengamat yang menilai adanya keberhasilan. Kita akan menelusuri indikator-indikator keberhasilan tersebut, mengidentifikasi area-area di mana DPR dianggap telah mencapai progres, serta memahami faktor-faktor yang mendukung pencapaian ini, tanpa mengabaikan tantangan yang masih ada. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif dan seimbang mengenai lembaga legislatif kita.
Memahami Indikator Keberhasilan DPR: Lebih dari Sekadar Jumlah Undang-Undang
Sebelum menyelami perspektif pengamat, penting untuk memahami apa saja yang menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah lembaga legislatif seperti DPR. Keberhasilan DPR tidak semata-mata diukur dari seberapa banyak undang-undang (UU) yang berhasil disahkan. Lebih dari itu, indikator keberhasilan meliputi:
- Fungsi Legislasi: Kuantitas dan kualitas undang-undang yang dihasilkan, relevansi UU dengan kebutuhan masyarakat, responsivitas terhadap dinamika zaman, serta proses penyusunan yang partisipatif dan transparan.
- Fungsi Pengawasan: Efektivitas dalam mengawasi kinerja pemerintah, penggunaan anggaran, dan implementasi kebijakan, serta kemampuan untuk memberikan kritik konstruktif dan solusi.
- Fungsi Anggaran: Kecermatan dalam membahas dan menyetujui anggaran negara (APBN), memastikan alokasi yang tepat sasaran, efisien, dan akuntabel demi kesejahteraan rakyat.
- Fungsi Representasi: Kemampuan menyerap aspirasi masyarakat dari berbagai lapisan dan daerah pemilihan, mengartikulasikannya dalam kebijakan, serta menjadi jembatan antara rakyat dan pemerintah.
- Fungsi Diplomasi Parlemen: Peran aktif dalam hubungan antarparlemen internasional untuk memperjuangkan kepentingan nasional dan membangun citra positif Indonesia di mata dunia.
Perspektif Pengamat: Area Keberhasilan yang Sering Terabaikan
Beberapa pengamat dan pakar politik menyoroti bahwa dalam beberapa periode terakhir, DPR telah menunjukkan progres di berbagai fungsi utamanya. Mari kita bedah beberapa area tersebut:
1. Produktivitas Legislasi yang Adaptif dan Responsif
Meskipun sering menjadi sasaran kritik, pengamat mencatat bahwa DPR telah berhasil mengesahkan sejumlah undang-undang yang krusial dan responsif terhadap dinamika zaman. Bukan hanya tentang jumlah, tetapi juga tentang substansi dan dampak.
- Pembentukan Kerangka Hukum Baru: DPR dinilai berhasil dalam membentuk kerangka hukum yang relevan dengan perkembangan ekonomi digital, isu lingkungan, perlindungan konsumen, atau reformasi birokrasi. Contohnya, undang-undang terkait perlindungan data pribadi atau ekonomi kreatif yang menjadi landasan penting bagi sektor-sektor tersebut.
- Responsivitas terhadap Isu Mendesak: Dalam situasi darurat atau isu-isu yang mendesak, DPR kerap menunjukkan kemampuan untuk memprioritaskan dan menyelesaikan pembahasan RUU dengan cepat, tentu dengan catatan tetap melalui prosedur yang berlaku. Ini menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi yang lebih baik.
- Peningkatan Kualitas Substansi: Melalui keterlibatan ahli, masukan dari masyarakat sipil, dan studi perbandingan, proses legislasi dinilai semakin berupaya menghasilkan UU dengan kualitas substansi yang lebih baik, meskipun tidak selalu sempurna. Peran Badan Legislasi (Baleg) dalam harmonisasi dan sinkronisasi RUU juga semakin diperkuat.
2. Pengawasan Anggaran yang Lebih Ketat dan Transparan
Fungsi pengawasan anggaran adalah salah satu tugas krusial DPR. Menurut beberapa pengamat, DPR telah menunjukkan peningkatan dalam:
- Scrutiny APBN: Pembahasan APBN menjadi lebih detail dan intens. Anggota DPR dari berbagai komisi aktif mempertanyakan alokasi anggaran, efisiensi penggunaan dana, dan potensi pemborosan. Ini tidak jarang membuahkan hasil berupa penyesuaian anggaran atau penundaan proyek yang dianggap kurang prioritas.
- Mendorong Akuntabilitas: Melalui rapat dengar pendapat (RDP) dan rapat kerja (Raker) dengan kementerian/lembaga, DPR secara konsisten mendorong pemerintah untuk lebih akuntabel dalam penggunaan uang rakyat. Temuan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga seringkali menjadi amunisi DPR dalam fungsi pengawasannya.
- Transparansi: Beberapa pengamat mengapresiasi upaya DPR untuk meningkatkan transparansi dalam proses pembahasan anggaran, seperti publikasi dokumen anggaran dan hasil rapat, meskipun masih ada ruang untuk perbaikan.
3. Peran Mediasi dan Resolusi Konflik
Tidak jarang, DPR berperan sebagai forum mediasi atau resolusi konflik antara pemerintah dengan masyarakat sipil, atau antara kelompok-kelompok kepentingan yang berbeda.
- Menyerap Aspirasi Masyarakat: Melalui kunjungan kerja, pertemuan dengan konstituen, dan penerimaan audiensi, DPR menjadi saluran bagi masyarakat untuk menyampaikan keluhan dan aspirasinya. Beberapa aspirasi ini berhasil diangkat ke tingkat kebijakan atau memicu respons dari pemerintah.
- Jembatan Komunikasi: Dalam isu-isu sensitif atau kontroversial, anggota DPR seringkali mengambil peran sebagai jembatan komunikasi, mencoba mencari titik temu dan solusi yang bisa diterima berbagai pihak, mencegah eskalasi konflik yang lebih besar.
4. Peningkatan Kualitas Debat dan Diskusi Internal
Beberapa pengamat mencatat adanya peningkatan dalam kualitas debat dan diskusi di lingkungan DPR, terutama di komisi-komisi teknis.
- Keterlibatan Pakar: Semakin seringnya DPR melibatkan pakar dan akademisi dalam pembahasan RUU atau isu-isu strategis menunjukkan upaya untuk memperkaya perspektif dan mendasari keputusan dengan data dan analisis yang lebih kuat.
- Penguatan Kapasitas Anggota: Program pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi anggota dewan dan staf ahli juga berkontribusi pada peningkatan pemahaman mereka terhadap isu-isu kompleks, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas diskusi.
5. Diplomasi Parlemen yang Aktif
Dalam arena internasional, DPR dinilai cukup aktif dalam diplomasi parlemen, memperjuangkan kepentingan nasional dan membangun jejaring antarparlemen.
- Forum Internasional: Partisipasi aktif dalam forum-forum parlemen regional (misalnya AIPA) dan internasional (misalnya IPU) dimanfaatkan untuk membahas isu-isu global, mempromosikan demokrasi, hak asasi manusia, dan kepentingan ekonomi Indonesia.
- Penguatan Posisi Indonesia: Melalui lobi dan interaksi dengan parlemen negara lain, DPR turut berkontribusi dalam memperkuat posisi Indonesia di kancah global.
Faktor-faktor Pendukung Keberhasilan
Beberapa faktor diidentifikasi oleh pengamat sebagai pendorong keberhasilan ini:
- Kapasitas Anggota dan Staf Ahli: Peningkatan latar belakang pendidikan dan pengalaman anggota dewan, serta dukungan staf ahli yang semakin profesional, berperan besar dalam meningkatkan kualitas kerja.
- Mekanisme Internal yang Lebih Baik: Perbaikan tata tertib dan mekanisme kerja internal DPR, seperti penguatan peran komisi dan badan-badan kelengkapan, turut menunjang efektivitas.
- Tekanan Publik dan Media: Ironisnya, kritik dan pengawasan dari publik serta media massa juga seringkali menjadi cambuk yang memotivasi DPR untuk bekerja lebih baik dan menunjukkan hasil.
- Kolaborasi Antar-Lembaga: Hubungan kerja yang konstruktif antara DPR dengan pemerintah dan lembaga negara lainnya juga krusial dalam menghasilkan kebijakan yang sinergis.
Tantangan dan Area Peningkatan
Meskipun ada sisi keberhasilan yang diakui pengamat, DPR tetap menghadapi tantangan besar dan memiliki banyak ruang untuk perbaikan. Persepsi negatif publik masih menjadi pekerjaan rumah utama, yang seringkali dipicu oleh isu integritas, efektivitas implementasi undang-undang, atau kurangnya partisipasi publik yang bermakna. Transparansi yang lebih luas, konsistensi dalam penegakan etik, dan komunikasi yang lebih efektif dengan masyarakat adalah beberapa area yang membutuhkan perhatian serius.
Kesimpulan: Sebuah Potret yang Lebih Nuansa
Studi kasus ini menunjukkan bahwa menilai kinerja DPR hanya dari satu sisi adalah pandangan yang kurang lengkap. Di tengah derasnya kritik, pengamat politik dan pakar legislasi mampu melihat adanya progres dan keberhasilan yang patut diakui. Dari produktivitas legislasi yang adaptif, pengawasan anggaran yang lebih ketat, hingga peran mediasi dan diplomasi parlemen, DPR telah menunjukkan upaya untuk menjalankan fungsinya secara lebih baik.
Keberhasilan ini bukanlah tanpa cacat dan masih diiringi oleh berbagai tantangan. Namun, mengakui sisi positif ini penting untuk membangun narasi yang lebih seimbang, mendorong apresiasi terhadap upaya perbaikan, dan memotivasi DPR untuk terus meningkatkan kualitas kinerjanya. Pada akhirnya, keberhasilan DPR adalah cerminan dari kematangan demokrasi kita, yang terus belajar dan beradaptasi demi kepentingan rakyat Indonesia.







:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4762591/original/001040900_1709731690-Infografis_SQ_Ragam_Tanggapan_Sidang_DPR_dan_Wacana_Hak_Angket_Pemilu_2024.jpg?w=300&resize=300,178&ssl=1)


