PARLEMENTARIA.ID – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sayang Cianjur mengalami kekurangan tempat tidur untuk pasien rawat inap. Keadaan ini menyebabkan puluhan pasien harus menumpuk dan menjalani perawatan selama beberapa hari di ruang instalasi gawat darurat (IGD).
Isu ini terungkap setelah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cianjur mengunjungi fasilitas kesehatan utama di wilayah Kabupaten Cianjur tersebut.
Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Cianjur Yayan Sopyandi mengakui adanya penumpukan pasien di IGD, yang biasanya menampung sekitar 70-100 orang. Kejadian ini bukan disebabkan oleh keterbatasan kapasitas IGD, melainkan karena penuhnya ruang perawatan inap di rumah sakit tersebut.
“Masalahnya bukanlah kurangnya IGD, melainkan kekurangan tempat tidur rawat inap. Di IGD seharusnya pasien tidak boleh melebihi enam jam sebelum masuk rawat inap. Namun, saat ini pasien terlantar selama beberapa hari karena keterbatasan tempat tidur di ruang rawat inap,” ujar Yayan, Rabu 10 Desember 2025.
Saat ini, menurutnya, RSUD Sayang Cianjur hanya memiliki 467 tempat tidur untuk perawatan inap. Angka ini dinilai masih jauh dari memadai dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga menyebabkan situasi darurat. Akibatnya, pasien yang seharusnya sudah dipindahkan terjebak di IGD.
“Untuk mengatasi kepadatan, diperlukan penambahan tempat tidur. Hal ini sangat mendesak dan benar-benar dibutuhkan. Diperkirakan, rumah sakit membutuhkan 100 hingga 200 tempat tidur tambahan, agar dapat mengurangi kepadatan pasien secara menyeluruh dan menjaga standar pelayanan terbaik,” ujarnya.
Sebagai tindakan mitigasi yang cepat, menurut Yayan, pihak rumah sakit telah membuka ruang transit sementara di belakang IGD. Ruangan ini meskipun hanya memiliki 10-15 tempat tidur, diharapkan mampu sedikit mengurangi kerumunan sebelum pasien mendapatkan kamar rawat inap yang tersedia.
“Namun, solusi jangka panjang memerlukan dukungan anggaran dari daerah. Rumah sakit sudah memiliki lahan untuk pengembangan, dan rencananya adalah membangun bangunan rawat inap dengan minimal lima lantai. Rencana ini kini sepenuhnya tergantung pada tersedianya anggaran dari Pemerintah Daerah Cianjur,” katanya.
Sektor lain
Selain isu bed, Yayan mengakui bahwa DPRD juga mendorong perbaikan di sektor lain, antara lain farmasi, yang saat ini waktu tunggu obat bagi pasien cukup lama. “Hal ini tentu akan berusaha dipercepat, maksimal 60 menit melalui penambahan SDM (sumber daya manusia) dan fasilitas,” katanya.
Hal lain yang perlu diperhatikan, menurutnya, berkaitan dengan pelayanan di poliklinik. Pelayanan di poliklinik sudah terorganisir dengan baik dan tidak menimbulkan penumpukan. Pihak RSUD bahkan mengadakan pelatihan service excellence dengan konsep SOMEAH, yaitu senyum, optimis, menghargai, edukatif, andal, serta humanis.
“Kami juga merencanakan penambahan petugas penerima tamu untuk meningkatkan kualitas layanan kepada pasien,” katanya.
Sebelumnya, Anggota DPRD Cianjur yang keempat, Irfan Aulia Budiman, mengunjungi RSUD Sayang guna mendengarkan dan menyerap aspirasi masyarakat yang sedang dirawat dan berobat di RSUD tersebut.
“Kami terus berupaya dan menyampaikan seluruh keluhan yang disampaikan masyarakat kepada jajaran direksi RSUD Sayang agar terus diperbaiki dan dievaluasi, sehingga pelayanan kepada masyarakat semakin meningkat dan optimal,” katanya. ***











