Relokasi Paksa Pedagang Pasar Burung Barito Ricuh, Hewan Dagangan Banyak Mati

DAERAH70 Dilihat

PARLEMENTARIA.ID – Relokasi paksa pedagang Pasar Burung Barito oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pada Senin (27/10) diwarnai ricuh. Bentrokan antara pedagang dan petugas Satpol PP tak terhindarkan, bahkan sejumlah hewan dagangan dilaporkan mati akibat stres dan kepanasan selama proses berlangsung.

Relokasi pedagang dilakukan sebagai bagian dari pembangunan Taman Bendera Pusaka di kawasan Taman Langsat, Jakarta Selatan.

Anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) August Hamonangan mengecam keras tindakan Pemprov DKI yang dinilai menggunakan kekerasan dalam proses relokasi tersebut.

“Saya menyayangkan Pemprov DKI telah melakukan relokasi paksa terhadap para pedagang di Pasar Burung Barito. Apalagi, saya mendapatkan kabar bahwa terjadi kekerasan, alih-alih dilakukannya pendekatan persuasif dan humanis dalam proses relokasi tersebut,” ujarnya, Selasa (28/10).

Menurut August, tindakan ini tidak hanya mencederai rasa kemanusiaan, tetapi juga menghapus salah satu ikon bersejarah di Jakarta Selatan. Ia menilai Pemprov DKI Jakarta seharusnya tidak memaksakan ambisi membangun taman tanpa mempertimbangkan nasib pedagang.

Ia menegaskan, Pasar Burung Barito semestinya bisa menjadi bagian dari konsep taman yang baru.

“Dalam rangka membangun Taman Bendera Pusaka yang dibangga-banggakan itu, Pemprov DKI sejatinya telah menghapus salah satu ikon terpenting Jaksel. Seharusnya, ini tidak terjadi dan Pasar Burung Barito, beserta pedagang-pedagangnya, bisa dijadikan bagian tak terpisahkan dari taman yang akan dibangun nantinya,” terangnya.

August juga menyoroti sikap Pemprov DKI yang dinilai menutup pintu dialog dengan para pedagang.

“Dalam prosesnya selama ini, Pemprov DKI juga terbukti telah berkali-kali menolak untuk berbicara dengan akal sehat menemukan titik tengah dari permasalahannya dengan para pedagang,” katanya.

Selain kericuhan, August mengungkap adanya laporan dari pedagang bahwa sejumlah burung dan hewan peliharaan mati saat proses relokasi. Kondisi panas dan stres membuat banyak hewan tidak bertahan hidup.

“Para pedagang kemudian mengeluhkan bahwa hewan-hewan yang mati itu ada yang bernilai jutaan rupiah. Sementara itu, ada juga di antara hewan-hewan yang mati sebenarnya sudah dibeli dan tinggal diambil oleh para pemilik barunya,” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *