PARLEMENTARIA.ID – Sejumlah perwakilan komunitas ojek online (ojol) lintas aplikasi di Kota Solo mendatangi anggota DPRD Kota Solo untuk menyampaikan protes terkait beroperasinya angkutan Bajaj di jalanan Kota Bengawan.
Perwakilan para driver ojol tersebut menemui Komisi III DPRD Kota Solo untuk menyampaikan aspirasi mereka.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Komisi III DPRD Kota Solo, Sonny, menjelaskan bahwa pihaknya telah menerima aspirasi para driver ojol pada akhir pekan lalu.
“Iya, kami tadi menerima audiensi dengan komunitas ojol lintas semua. Mereka datang untuk menyampaikan protes soal keberadaan Maxride,” jelas Sonny saat ditemui di kantornya, Rabu (22/10/2025).
Usai menerima perwakilan ojol tersebut, Sonny mengatakan pihaknya langsung berkoordinasi dengan perwakilan Maxride, selaku aplikator bajaj, yang berlokasi di Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari.
Terkait hasil pertemuan itu, Sonny menyampaikan bahwa pihaknya meminta aplikator untuk menghentikan sementara operasional Bajaj di Kota Solo.
Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi gelombang protes berkelanjutan yang berpotensi menimbulkan gesekan antarpengemudi.
“Kami sudah berkomunikasi dengan pihak Maxride juga. Kami minta agar sementara tidak beroperasi dulu untuk mencegah gesekan di lapangan antara ojol dan pengemudi bajaj Maxride,” ujarnya.
Sonny menambahkan, permintaan tersebut telah disetujui oleh pihak aplikator.
Ia memastikan bahwa sejak Sabtu (18/10/2025) lalu, bajaj sudah tidak beroperasi di Kota Solo untuk sementara waktu.
“Kami sudah pastikan aplikasinya benar-benar dinonaktifkan. Jadi sementara ini belum bisa digunakan,” terang Sonny.
Dari hasil penelusuran anggota DPRD Solo, setidaknya terdapat 21 unit bajaj yang sempat beroperasi di jalanan Kota Bengawan.
Sementara itu, sekitar 400 unit lainnya sudah dipesan, dan sebagian besar akan dikemudikan oleh driver yang sebelumnya berprofesi sebagai tukang becak.
“Informasinya, mereka menyewa bajaj seharga Rp25 ribu per hari dan bisa mendapat penghasilan hingga Rp300 ribu per hari,” ujar Sonny.
Dalam kesempatan yang sama, Sonny mengakui bahwa kehadiran moda transportasi baru di Kota Solo sebenarnya menguntungkan masyarakat, terutama karena tarif sewanya yang terjangkau bagi para pengemudi.
“Kalau panas tidak kepanasan, kalau hujan tidak kehujanan. Jadi dari sisi kenyamanan dan penghasilan memang menarik. Tapi karena muncul penolakan, ya kita minta hormati dulu situasi yang ada,” katanya.
Namun demikian, Sonny tak menampik bahwa gelombang protes tersebut muncul karena belum adanya langkah tegas dari instansi terkait terhadap beroperasinya aplikasi bajaj tersebut.
“Teman-teman ojol ini sudah pernah berkomunikasi dengan Dishub dan Satlantas, tapi belum ada tindakan. Sudah diperingatkan juga, tapi pengemudi bajaj tetap jalan,” pungkasnya. (*)