PARLEMENTARIA.ID –Rencana Pemerintah Kabupaten Bangka Barat melakukan pengerukan alur Pelabuhan Mentok dinilai bukan sekadar proyek teknis, melainkan momentum penting untuk membangkitkan kembali denyut ekonomi maritim yang pernah berjaya di wilayah paling barat Pulau Bangka tersebut.
Pelabuhan Mentok yang dahulu dikenal sebagai Pelabuhan Lama Mentok merupakan salah satu pelabuhan tertua dan paling bersejarah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Terletak di pesisir barat Kabupaten Bangka Barat, pelabuhan ini menghadap langsung ke Selat Bangka dan menjadi pintu gerbang penting aktivitas pelayaran, perdagangan, serta perikanan sejak era kolonial.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, pendangkalan akibat sedimentasi lumpur dan pasir membuat fungsi strategis pelabuhan ini kian meredup.
Kapal-kapal nelayan kesulitan keluar masuk, aktivitas bongkar muat nyaris berhenti, dan kawasan pelabuhan perlahan kehilangan perannya sebagai pusat ekonomi masyarakat pesisir.
Kini, harapan baru kembali menyala.
DPRD Bangka Barat Dukung Pengerukan Alur
Anggota DPRD Kabupaten Bangka Barat, Eddy Arif, secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap langkah Pemkab Bangka Barat yang berencana melakukan pengerukan alur Pelabuhan Mentok.
Menurut Eddy, pengerukan merupakan langkah awal yang tepat untuk mengembalikan fungsi pelabuhan, terutama bagi nelayan yang selama ini kesulitan beraktivitas akibat perairan dangkal.
“Hal itu bagus, saya pribadi mendukung upaya pengerukan alur Pelabuhan Lama Mentok tersebut. Diharapkan mampu membantu keluar masuknya kapal seperti dulu lagi, dan kembali berjaya,” kata Eddy, politisi Partai Gerindra, Kamis (25/12/2025).
Namun demikian, Eddy mengingatkan bahwa pengerukan saja tidak cukup.
Ia menegaskan perlunya pembenahan menyeluruh terhadap infrastruktur pelabuhan agar manfaat pengerukan dapat dirasakan secara maksimal dan berkelanjutan.
“Kita harapkan bukan hanya alur pelabuhan yang dibenahi, tapi secara total. Kalau hanya dikeruk tanpa ada rehabilitasi, itu sama saja bohong,” tegasnya.
Ia menyoroti kondisi talud di sekitar pelabuhan yang banyak mengalami kerusakan dan roboh.
Menurutnya, tanpa perbaikan talud dan fasilitas pendukung lainnya, pengerukan justru berisiko mempercepat kerusakan struktur pelabuhan.
Pelabuhan Bersejarah yang Pernah Jadi Nadi Perdagangan
Pelabuhan Mentok memiliki nilai historis yang kuat dalam perjalanan Bangka Barat.
Pada masa kolonial Belanda, Mentok dikenal sebagai kota pelabuhan penting yang menghubungkan Bangka dengan Sumatra dan wilayah lain di Nusantara.
Pelabuhan ini pernah menjadi jalur utama distribusi timah komoditas unggulan Bangka serta pusat keluar masuk penumpang dan barang.
Hingga era 1990-an, aktivitas kapal penumpang dan kapal niaga masih cukup ramai di kawasan ini.
Seiring waktu, minimnya perawatan, perubahan arus laut, serta sedimentasi alami menyebabkan kolam dan alur pelabuhan semakin dangkal.
Kapal berukuran sedang hingga besar tak lagi mampu bersandar, sementara nelayan kecil harus menunggu pasang tinggi untuk melaut.
“Kita tidak ingin kejadian seperti di Jelitik Sungailiat, yang hingga sekarang tidak ada titik terang soal pendalaman atau pendangkalan. Kita tidak ingin kejadian ini terjadi di daerah kita,” ujar Eddy mengingatkan.
Pemkab Bangka Barat Siapkan Langkah Bertahap
Wakil Bupati Bangka Barat, Yus Derahman, menyebut rencana pengerukan ini sebagai bagian dari upaya besar membangkitkan kembali Pelabuhan Mentok agar berfungsi optimal.
Ia mengatakan, kondisi pelabuhan saat ini sangat memprihatinkan, dengan lumpur tebal menutup alur dan kolam pelabuhan.
“Kita fokusnya membuka alur pelabuhan dengan melakukan pengerukan. Realisasi tinggal menunggu dari PT Timah dengan mitranya,” kata Yus usai melakukan sosialisasi, Rabu (24/12/2025).
Menurut Yus, pengerukan dilakukan setelah melalui proses sosialisasi dan persetujuan masyarakat, khususnya nelayan yang terdampak langsung.
Pemerintah daerah bahkan mengundang unsur kejaksaan dan kepolisian untuk memastikan proses berjalan transparan dan sesuai aturan.
“Kita duduk bersama, kejaksaan, kepolisian, pemda. Tujuannya tidak lain untuk membuka alur pelabuhan agar kembali berjaya seperti tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya.
Target Jadi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Lebih jauh, Pemkab Bangka Barat menargetkan Pelabuhan Mentok tidak hanya kembali aktif, tetapi juga berkembang menjadi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).
Kepala Bidang Perhubungan Disperkimhub Bangka Barat, Juswardi, menyebut pelabuhan ini sudah puluhan tahun tidak mengalami pengerukan signifikan.
“Kondisi perairan saat ini dipenuhi sedimen berupa lumpur dan pasir. Material menumpuk di dalam kolam pelabuhan dan mengganggu aktivitas keluar masuk kapal nelayan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kewenangan pengelolaan pelabuhan saat ini berada di tingkat provinsi, sementara aset dimiliki oleh PT Pelindo.
Karena itu, Pemkab Bangka Barat telah menjalin kerja sama dengan Pelindo untuk mendukung pengembangan pelabuhan.
“Ke depan, pelabuhan ini diproyeksikan menjadi Pusat Pendaratan Ikan dan berpotensi menjadi tempat pelelangan ikan terbesar di Bangka Barat,” kata Juswardi.
Harapan Nelayan dan Masyarakat
Rencana pengerukan ini disambut antusias oleh masyarakat pesisir dan nelayan Mentok.
Bagi mereka, pelabuhan bukan hanya infrastruktur, tetapi sumber kehidupan.
Pendangkalan selama ini membuat biaya operasional nelayan meningkat karena harus memutar jauh atau menunggu waktu pasang. Bahkan, dalam kondisi air surut, sejumlah kapal terpaksa berhenti beroperasi.
“Masyarakat sangat setuju dan bersyukur. Mudah-mudahan setelah pengerukan dan pembenahan, pelabuhan ini bisa berjalan lagi dan kembali aktif,” pungkas Eddy.
Dengan pengerukan alur, perbaikan talud, serta pengembangan fungsi pelabuhan, Pelabuhan Mentok diharapkan kembali menjadi denyut nadi ekonomi Bangka Barat menghubungkan laut, nelayan, perdagangan, dan sejarah yang pernah berjaya. ***













