Doa untuk Negeri digagas oleh Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah bersama Irfan Asy’ari Sudirman Wahid yang akrab disapa Gus Ipang Wahid. Kegiatan ini menjadi ikhtiar PBNU dalam merespons musibah yang menimpa masyarakat di berbagai daerah.
Gus Miftah menyampaikan bahwa doa bersama ini dipanjatkan untuk memohon pertolongan Allah SWT bagi Indonesia. Ia berharap bangsa ini diberi kemudahan menghadapi bencana, dijauhkan dari marabahaya, dan tetap terjaga dalam persatuan.
“Ketika langkah manusia melambat, doa kami melangit,” kata Gus Miftah.
Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Sleman Yogyakarta itu menuturkan bahwa Doa untuk Negeri merupakan wujud kepedulian PBNU terhadap para korban bencana alam. Menurutnya, musibah yang terjadi menjadi pengingat pentingnya menjaga solidaritas, empati, dan gotong royong.
“Di tengah banyaknya musibah yang menimpa saudara-saudara kita, doa adalah kekuatan yang menyatukan. Melalui Doa untuk Negeri ini, kita mengetuk pintu langit agar Indonesia diberi perlindungan, para korban dikuatkan, dan bangsa ini tetap rukun serta saling peduli,” kata Gus Miftah.
Acara Doa untuk Negeri dijadwalkan dihadiri para masyayikh, romo kyai, dan jajaran pengurus PBNU. Dua tokoh PBNU yang saat ini memiliki perbedaan pandangan terkait kepengurusan juga direncanakan hadir.
Keduanya adalah Rais Aam Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf. Kehadiran keduanya disebut sebagai bagian dari ikhtiar kebangsaan dan persaudaraan.
Pimpinan Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri, Muhammad Abdurrahman Al-Kautsar atau Gus Kautsar, juga dijadwalkan hadir. Ia akan turut memanjatkan doa bersama bagi keselamatan bangsa dan para korban bencana.
Sejumlah pengurus PBNU lain turut diagendakan mengikuti acara tersebut. Mereka antara lain Wakil Rais Aam Anwar Iskandar, Ketua Umum Dewan Pembina PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, serta Saifullah Yusuf.
Tokoh NU lainnya seperti Habib Zaidan dan Imam Jazuli juga dijadwalkan hadir. Kehadiran lintas tokoh ini diharapkan memperkuat pesan persatuan di tengah situasi kebencanaan.
Di bagian lain, Ipang Wahid menegaskan bahwa Doa untuk Negeri tidak berkaitan dengan dinamika internal organisasi PBNU. Acara tersebut murni gerakan moral dan kemanusiaan.
“Ini doa bersama tidak ada hubungannya dengan dinamika organisasi. Murni gerakan moral untuk mendoakan banyaknya bencana yang sedang terjadi,” kata Ipang Wahid.
Ia menambahkan bahwa PBNU terus mendorong langkah kemanusiaan secara konkret melalui jejaring NU di daerah terdampak. Upaya tersebut meliputi bantuan logistik, layanan kesehatan, serta pendampingan bagi warga korban bencana.
Selain doa bersama, rangkaian acara akan diisi pembacaan tahlil, istighotsah, dan tausiyah kebangsaan. PBNU berharap Doa untuk Negeri menjadi penguat batin masyarakat sekaligus mempererat ukhuwah di antara sesama anak bangsa. ***













