Keris dan Generasi Kini, Cak Yebe Tekankan Pentingnya Ruang Budaya

PARLEMENTARIA.ID – Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Yona Bagus Widyatmoko atau Cak Yebe menilai gelaran Budaya Pusaka Paguyuban Brojo Wahni Nusantara bertajuk “Warisan Nusantara Mercusuar Dunia” sebagai langkah konkret merawat ingatan budaya bangsa.

Kegiatan yang berlangsung di Soto Seger Joyoboyo, acara ini bukan sekadar pameran, melainkan ruang edukasi yang menjembatani sejarah dengan generasi masa kini yang diselenggarakan pada Jumat (19/12/2025).

Menurutnya, upaya mengenalkan kembali keris kepada publik merupakan bagian penting dari menjaga jati diri bangsa. Di tengah derasnya arus modernisasi, warisan budaya seperti keris perlu terus dihadirkan agar tidak tergerus zaman.

“Keris bukan hanya pusaka, tetapi simbol identitas dan perjalanan peradaban Nusantara. Pameran seperti ini menjadi cara merawat nilai-nilai budaya agar tetap hidup,” ujarnya.

Dalam kunjungannya, Cak Yebe menyempatkan diri meninjau berbagai koleksi keris dari lintas era dan wilayah, mulai dari kerajaan-kerajaan di Jawa, Madura, hingga luar Pulau Jawa seperti NTB.

Ia bahkan membeli lima bilah keris tua dari masa Kerajaan Mataram, Tuban, hingga era Trunojoyo sebagai bentuk kepedulian terhadap pelestarian pusaka.

“Apa yang ditampilkan di sini adalah rekam jejak sejarah. Ini bukan soal mengoleksi, tetapi menjaga warisan agar tidak hilang dan bisa terus dipelajari,” kata politisi yang juga menekuni olahraga beladiri jujitsu tersebut.

Cak Yebe menegaskan, pengakuan dunia internasional terhadap keris semestinya menjadi pengingat akan besarnya nilai budaya Indonesia.

Keris telah ditetapkan UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 25 November 2005 dan masuk dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan pada 4 November 2008.

“Pengakuan ini menegaskan bahwa keris mengandung nilai sejarah, sosial, hingga spiritual. Tantangannya adalah bagaimana nilai itu tetap diwariskan kepada generasi muda,” tuturnya.

Ia menilai ruang-ruang budaya seperti Gelar Pusaka Brojo Wahni perlu terus dihidupkan melalui sinergi antara komunitas, pemerintah, dan masyarakat.

Menurutnya, kegiatan semacam ini menjadi media pembelajaran yang kontekstual dan membumi.

“Anak-anak muda bisa memahami filosofi, seni tempa, hingga teknologi tradisional yang terkandung dalam keris. Ini penting agar budaya tidak terputus dari kehidupan sehari-hari,” ucapnya.

Sebagai kota besar dengan sejarah panjang, Surabaya dinilai memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga dan merawat warisan budaya Nusantara.

Cak Yebe berharap kolaborasi lintas sektor dapat terus diperkuat agar pusaka bangsa tetap relevan sekaligus dikenal dunia.

“Jika dirawat bersama, budaya Nusantara bukan hanya lestari, tetapi juga menjadi kebanggaan global,” pungkasnya.(sms)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *