PARLEMENTARIA.ID – Gerakan pengumpulan dana untuk membeli hutan yang sedang viral di media sosial mendapat perhatian tajam dari Anggota Komisi IV DPR, sekaligus kader PKB, Daniel Johan. Ia menganggap munculnya gerakan ini sebagai tanda kuat bahwa masyarakat semakin tidak nyaman dengan kondisi pengelolaan hutan yang belum juga membaik.
Aksi dukungan ini pertama kali diungkapkan oleh kelompok aktivis lingkungan dari Pandawara Group, setelah serangkaian bencana yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat. Banyak pihak menganggap kerusakan tersebut disebabkan oleh deforestasi yang telah berlangsung bertahun-tahun tanpa adanya penanganan yang serius.
Tidak hanya aktivis, beberapa tokoh publik seperti penyanyi Denny Caknan dan Vidi Aldiano juga menyampaikan dukungan, sehingga kampanye ini semakin mendapatkan perhatian yang luas.
Menurut Daniel, dukungan publik yang mengalir deras menunjukkan bahwa gagasan ini bukan hanya sekadar mode sementara, tetapi bentuk protes jelas dari masyarakat terhadap pengelolaan hutan yang kurang memadai selama ini.
“Ini merupakan kritik tajam terhadap pemerintah, meskipun secara ide cukup menarik dan menunjukkan rasa kepedulian bersama terhadap kerusakan hutan dan lingkungan. Ide mengumpulkan dana untuk membeli hutan guna mengatasi masalah deforestasi mencerminkan rasa kekecewaan yang mendalam,” kata Daniel Johan.
Masalah yang Sudah Lama Tidak Pernah Selesai
Daniel menyampaikan bahwa kerusakan hutan di Indonesia terus bertambah setiap tahun, menyebabkan bencana lingkungan yang menimbulkan korban jiwa serta merusak harta benda masyarakat. Ironisnya, pelaku perusakan hutan jarang mendapatkan hukuman yang sesuai dengan dampak yang ditimbulkannya.
Ia menganggap gagasan “patungan membeli hutan” sebagai inisiatif yang muncul dari rasa putus asa sekaligus kepedulian masyarakat.
“Kondisi kerusakan hutan semakin parah setiap tahunnya dan menyebabkan bencana lingkungan. Sementara para pelaku tidak pernah bertanggung jawab,” tegasnya.
Selanjutnya, Daniel menggambarkan gerakan ini sebagai bentuk pukulan keras terhadap pemerintah. Ia berpendapat bahwa masyarakat sedang berupaya untuk memainkan peran yang lebih besar dalam menjaga warisan alam yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara.
“Ini adalah bentuk tamparan bagi para pengambil kebijakan yang dengan mudah memberikan izin konsesi tanpa adanya pengawasan yang memadai. Jika gagasan ini berhasil, hal ini bisa menjadi inovasi baru karena hutan akan menjadi milik rakyat, bukan hanya negara,” kata Daniel lagi.
Ia juga memberikan contoh tindakan yang menginspirasi dari pendiri merek global The North Face, yang membeli sekitar dua juta hektare hutan di Chili dan Argentina guna dilakukan pemulihan dan perlindungan terhadap ancaman penebangan hutan.
Hutan Warisan Generasi Mendatang
Sebagai penutup, Daniel menegaskan bahwa hutan bukan hanya sumber ekonomi, tetapi juga warisan untuk generasi mendatang. Ia mengajak masyarakat, pemerintah, serta seluruh pemangku kepentingan untuk memantau dan meningkatkan pengelolaan hutan di Indonesia.
Saatnya semua bergerak bersama, melihat dan mengawasi kinerja pemerintah dalam mengelola hutan. Kita tidak ingin kembali merusak hutan yang masih tersisa. Terima kasih kepada netizen yang peduli, mari bekerja sama,
tutupnya.***








