PARLEMENTARIA.ID – Perayaan Hari Santri Nasional (HSN) 2025 menjadi momen penting bagi masyarakat untuk merefleksikan peran pendidikan dalam membangun karakter bangsa. Dalam acara yang digelar di Depok Open Space, anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Pradi Supriatna, menyoroti pentingnya pendidikan berbasis agama sebagai pelengkap dari pendidikan formal.
Menurutnya, HSN bukan sekadar upacara seremonial, melainkan kesempatan untuk mengingatkan masyarakat akan nilai-nilai moral dan akhlak yang harus terus dilestarikan. Ia menekankan bahwa pendidikan tidak hanya bertujuan menghasilkan tenaga kerja yang kompeten, tetapi juga menciptakan individu yang memiliki keimanan dan etika tinggi.
Pradi juga menyambut baik hadirnya Gus Iqdam, seorang dai muda yang kini banyak diminati masyarakat. Ia mengapresiasi pesan-pesan yang disampaikan oleh Gus Iqdam, termasuk tiga poin utama yaitu cinta tanah air, kerukunan antarumat beragama, serta keterbukaan. Menurutnya, pesan tersebut sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini.
Ia berharap, acara seperti ini dapat terus dilaksanakan sebagai wadah untuk memperkuat persatuan dan semangat kebangsaan. “Balai Kota malam ini luar biasa. Saya harap ke depan acara seperti ini bisa terus dilaksanakan agar masyarakat lebih mencintai ngaji, ulama, dan tanah air,” ujarnya.
Selain itu, Pradi memberi pesan kepada para dai muda agar terus berdakwah dengan cara-cara yang kreatif dan ramah. Ia menegaskan bahwa meskipun setiap dai memiliki gaya berbeda, yang terpenting adalah tetap berpegang pada Al-Qur’an dan Hadis.
Peran Dai Muda dalam Pembentukan Karakter Bangsa
Dalam diskusi tersebut, Pradi menekankan bahwa para dai muda memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk generasi yang religius dan nasionalis. Ia berharap mereka mampu menyampaikan pesan-pesan keislaman dengan cara yang menyejukkan dan tidak memicu konflik.
“Setiap dai punya gaya masing-masing, tapi yang penting pegangannya jelas yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Yang kita harapkan dari mereka adalah membawa rasa guyub dan kebersamaan untuk Kota Depok,” pungkasnya.
Tantangan dan Peluang dalam Pendidikan Berbasis Agama
Meski pendidikan berbasis agama dianggap penting, Pradi mengakui bahwa tantangan masih ada. Mulai dari kurangnya sumber daya hingga perbedaan pandangan tentang bagaimana pendidikan agama sebaiknya diterapkan. Namun, ia optimistis bahwa dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan tokoh agama, hal tersebut dapat diatasi.
Ia juga menyarankan agar pendidikan agama tidak hanya diajarkan di lingkungan pesantren atau masjid, tetapi juga bisa diperkenalkan dalam sistem pendidikan umum. Dengan demikian, nilai-nilai keagamaan akan lebih mudah diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kesimpulan
Perayaan HSN 2025 di Kota Depok menjadi pengingat bahwa pendidikan berbasis agama tidak boleh diabaikan. Seiring dengan perkembangan teknologi dan globalisasi, penting bagi masyarakat untuk tetap menjaga nilai-nilai keislaman yang menjadi fondasi kehidupan berbangsa. Dengan dukungan dari para pemimpin dan tokoh agama, harapan besar terhadap masa depan bangsa dapat tercapai.

 
																				





