PARLEMENTARIA.ID – Ketegangan politik di Israel kembali memanas setelah Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, melontarkan pernyataan kontroversial mengenai identitas bangsa Palestina dan masa depan Gaza.
Dalam pernyataan yang disampaikan akhir pekan lalu, Ben Gvir, yang dikenal sebagai tokoh ultranasionalis Israel menegaskan bahwa tidak ada yang namanya bangsa Palestina dan menyebutnya sebagai sebuah penemuan tanpa dasar historis, arkeologis, maupun fakta.
Ben Gvir mengklaim bahwa komunitas Palestina yang menetap di wilayah historis Israel hanyalah ‘sekelompok imigran dari negara-negara Arab’ dan karenanya, menurut dia, tidak dapat dianggap sebagai bangsa.
Ia menuduh rakyat Palestina tidak berhak atas bentuk ‘penghargaan politik’ apa pun dari dunia.
Terutama setelah apa yang dia sebut sebagai teror, pembunuhan, dan kekejaman yang dilakukan di berbagai tempat, terutama dari Gaza wilayah yang diberi otonomi namun berubah menjadi basis serangan.
Di tengah perdebatan global mengenai masa depan Gaza sejak perang meletus tahun lalu, Ben Gvir kembali mendorong gagasan lama kubu sayap kanan yang disebut sebagai ‘solusi nyata’ bagi Gaza adalah mendorong migrasi sukarela warga Palestina ke luar wilayah tersebut.
Cara yang menurutnya, bukan melalui pembentukan negara Palestina yang dianggapnya hanya akan menjadi ‘hadiah bagi terorisme’ dan memberi kesempatan serangan lebih lanjut terhadap Israel.
Usulan ini bertentangan dengan berbagai pandangan internasional serta sebagian kalangan elit politik Israel, yang memandang dua negara, Israel dan Palestina, sebagai satu-satunya rute realistis menuju perdamaian jangka panjang.
Mengutip Yaffa, dalam pernyataan yang sama, Ben Gvir menegaskan posisi tegas partainya, Jewish Power, bahwa mereka tidak akan bergabung atau mendukung pemerintahan yang menyetujui pendirian negara Palestina dalam bentuk apa pun.
Ia mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk membuat pernyataan terbuka yang memastikan bahwa Israel “tidak akan mengizinkan berdirinya negara Palestina dengan cara apa pun.”
Komentar Ben Gvir muncul di tengah tekanan internasional yang semakin besar terhadap Israel agar membuka ruang solusi politik bagi konflik Gaza.
Pernyataan kerasnya berpotensi memperlebar jurang antara Israel dan sekutu-sekutunya, termasuk Amerika Serikat, yang beberapa kali menyatakan dukungan pada model dua negara sebagai jalan menuju stabilitas regional.
Sementara itu, pihak Otoritas Palestina dan sejumlah negara Arab belum memberikan respons resmi terhadap komentar terbaru Ben Gvir.
Namun pernyataan serupa sebelumnya kerap memicu kecaman luas dan dianggap menghambat proses perdamaian. ***












