Banyuwangi Perkenalkan Seni Musik Perkusi Using dalam Festival Khusus

DAERAH27 Dilihat

BANYUWANGI – Banyuwangi, yang dikenal sebagai daerah dengan kekayaan budaya dan seni, kembali menunjukkan keunikan tradisinya melalui penyelenggaraan Banyuwangi Percussion Festival (BPF). Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan musik perkusi Using, salah satu seni musik khas yang memiliki ciri khas kecepatan pukulan dan harmoni yang energik.

Keunikan Musik Perkusi Using

Musik perkusi Using adalah bentuk seni musik yang menggunakan alat-alat tradisional khas Banyuwangi seperti gong, klincing, rampak kendang, saron, dan angklung Using. Ciri utama dari seni ini adalah kecepatan pukulan kendang yang menghasilkan irama rancak dan dinamis. Tidak hanya itu, musik ini juga memiliki kemampuan untuk dipadukan dengan berbagai genre musik modern tanpa kehilangan identitas tradisionalnya.

Samsudin Adlawi, Majelis Kehormatan Dewan Kesenian Blambangan (DKB), menjelaskan bahwa musik perkusi Using diakui oleh para praktisi dan akademisi seni sebagai seni otentik yang tidak ditemukan di wilayah lain di nusantara. Irama yang dinamis ini telah diwariskan secara turun-temurun dan bahkan diajarkan sebagai ekstrakurikuler di sekolah-sekolah.

Tujuan Festival

Festival ini diselenggarakan sebagai wadah untuk memperkenalkan seni musik perkusi Using kepada masyarakat luas. Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyampaikan bahwa festival ini akan menjadi panggung bagi para seniman musik lokal untuk menampilkan keunikan dan keelokan seni Banyuwangi.

“Kami ingin semua orang tahu betapa kaya dan uniknya seni musik Banyuwangi. Dengan adanya festival ini, kami berharap seni ini bisa lebih dikenal dan dilestarikan,” ujar Ipuk.

Peserta dan Kolaborasi

Banyuwangi Percussion Festival akan menampilkan empat grup perkusi. Tiga di antaranya berasal dari Banyuwangi, yaitu Damar Art, Munsing (Musik Nada Using), dan JEB (Jiwa Etnik Banyuwang). Ketiga grup ini dimotori oleh kreator musik etnik muda yang telah melakukan eksperimen dengan komposisi musik etnik yang inovatif.

Selain itu, ada juga grup tamu “Ethno Ensamble” dari Solo yang terdiri dari mahasiswa dan alumni etnomusikologi ISI Surakarta. Grup ini akan memainkan komposisi yang menggabungkan berbagai alat perkusi dari Indonesia. Mereka juga akan berkolaborasi dengan mahasiswa seni ISI Banyuwangi.

Harapan untuk Regenerasi Seni

Menurut Kepala Dinas Kominfo dan Persandian Budi Santoso, festival ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkaya wawasan musik perkusi generasi muda Banyuwangi.

“Dengan adanya festival ini, kami berharap regenerasi seni musik Banyuwangi dapat terus berjalan dengan baik. Kami juga ingin memberikan pengalaman baru bagi penonton dengan nuansa musik yang berbeda,” jelas Budi.

Festival ini diharapkan menjadi langkah awal dalam melestarikan dan memperkenalkan seni musik perkusi Using kepada dunia lebih luas. Dengan kolaborasi dan inovasi, musik yang sudah ada sejak lama ini bisa tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *