Trump Turunkan Standar Efisiensi Bahan Bakar, Memicu Kontroversi di Industri Otomotif AS

PARLEMENTARIA.ID — Presiden Amerika SerikatDonald Trumpmengeluarkan peraturan yang bertujuan menurunkan tingkat persyaratanefisiensi bahan bakaryang ditetapkan pada masa pemerintahan Joe Biden. Kebijakan tersebut dinilai mampu menghemat miliaran dolar AS bagi produsen mobil di Amerika Serikat dan akan membawa konsekuensi terhadap…harga mobil baru lebih murah.

Mengutip Reuters, Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA) dan Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) pada Rabu (3/12/2025) mengusulkan pengurangan standar efisiensi bahan bakar menjadi rata-rata 34,5 mil per galon pada 2031. Angka ini jauh lebih rendah dari target 50,4 mil per galon (21,4 km per liter) yang ditetapkan pada masa pemerintahan Biden.

Berdasarkan analisis ekonomi NHTSA, pengurangan standar ini berpotensi mengurangi biaya produksi hingga US$35 miliar (sekitar Rp583,8 triliun) sampai tahun 2031. Jika penghematan ini disampaikan kepada konsumen, harga mobil rata-rata dapat turun sekitar US$930 (Rp15,5 juta).

Pemerintahan Trump menganggap tindakan ini menguntungkan industri otomotif serta memberi kesempatan bagi kembalinya produksi mobil besar yang kurang efisien, seperti station wagon (model favorit keluarga pada tahun 1970–1980-an). Pemerintah berargumen bahwa standar yang diterapkan era Biden terlalu mendorong penggunaan kendaraan listrik yang lebih mahal dan sulit diproduksi dalam jumlah besar secara menguntungkan.

Meskipun demikian, perhitungan jangka panjang tidak sepenuhnya positif. Pemerintah mengakui bahwa perkiraan biaya di masa depan, termasuk harga bahan bakar, masih bersifat dugaan dan belum mencakup biaya perawatan kendaraan.

“Dengan proposal ini, pemilik kendaraan akan menghemat lebih banyak pada awalnya dibandingkan biaya bensin yang lebih mahal,” kata juru bicara NHTSA, dilansir dariReuters.

Dari sudut pandang ekonomi, penghematan awal tersebut berisiko cepat hilang karena mobil yang lebih boros menyebabkan biaya operasional meningkat.

Para ahli industri memprediksi bahwa para pembeli akan lebih sering mengisi bensin dan menghabiskan biaya bahan bakar yang lebih besar sepanjang masa pemakaian kendaraan. Analisis dari NHTSA bahkan memperkirakan total penggunaan bensin akan meningkat sebesar 100 miliar galon hingga tahun 2050 dibandingkan standar Biden, sehingga menyebabkan kerugian sekitar US$185 miliar (Rp3,08 kuadriliun) bagi konsumen.

Kepala Hukum Institut Integritas Kebijakan Universitas New York, Jason Schwartz, menganggap penghematan awal akan segera hilang.

“Seberapa cepat penghematan itu hilang akibat biaya bensin, sangat cepat,” katanya.

Bagi konsumen yang memilih kredit jangka panjang, keuntungan dari harga mobil yang lebih rendah tidak akan terasa begitu besar. Namun, penghematan tersebut akan berangsur-angsur berkurang akibat biaya bensin yang lebih mahal selama masa pembayaran cicilan.

“Pada hari pertama berkendara, pengguna akan menghabiskan lebih banyak uang untuk bahan bakar, perbaikan, dan waktu yang terbuang saat mengisi bensin,” tambahnya.

Ilmuwan senior dari Union of Concerned Scientists, Dave Cooke, menganggap kebijakan ini justru merugikan para pengguna. Ia menyatakan bahwa dalam seluruh analisis yang dilakukan NHTSA, biaya bahan bakar dalam jangka panjang tetap lebih besar dibandingkan penghematan biaya teknologi pada kendaraan yang mulai diproduksi pada tahun model 2027.

Selain beban biaya, para ahli juga menyoroti dampak terhadap lingkungan. Cooke mengkritik analisis pemerintah karena tidak memperhitungkan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh meningkatnya polusi dan emisi gas rumah kaca.

Analisis dari NHTSA menunjukkan bahwa aturan baru ini akan menyebabkan kenaikan emisi karbon kendaraan sekitar 5% dibandingkan standar yang diterapkan oleh pemerintahan Biden. EPA mengatakan bahwa sektor transportasi merupakan sumber utama emisi karbon dioksida di Amerika Serikat.

Di sisi lain, para analis dari Edmunds menganggap dampak kebijakan ini tidak akan terlihat dalam waktu dekat. Siklus pengembangan kendaraan biasanya memakan waktu bertahun-tahun, sehingga dampaknya terhadap pasar, baik dari segi harga maupun konsumsi bahan bakar, baru akan terlihat setelah masa yang cukup lama. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *