PARLEMENTARIA.ID – Perekonomian Jawa Timur (Jatim) terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, namun di balik capaian tersebut masih terdapat tantangan yang perlu segera diatasi. Salah satunya adalah kesenjangan ekonomi antara wilayah utara dan selatan Jatim. Hal ini menjadi fokus utama dalam berbagai diskusi dan kebijakan pemerintah provinsi setempat.
Struktur Ekonomi yang Dominan pada Sektor Industri
Menurut data yang disampaikan oleh Perencana Ahli Muda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Timur, Ari Basuki, struktur perekonomian Jatim selama sepuluh tahun terakhir didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu industri, perdagangan, dan pertanian. Sektor industri memberikan kontribusi terbesar, sekitar 30% terhadap perekonomian daerah. Sementara itu, perdagangan berkontribusi sekitar 18%, dan pertanian sekitar 10-11% setiap tahunnya.
Namun, distribusi kontribusi ekonomi ini tidak merata. Wilayah utara Jatim, khususnya yang berada di sekitar Gerbangkertasusila atau Surabaya, menjadi pusat utama dari aktivitas industri. Di sisi lain, wilayah selatan hanya memberikan kontribusi sebesar 20%. Hal ini mencerminkan ketimpangan yang cukup besar antara dua wilayah tersebut.
Potensi Pertanian sebagai Penopang Ekonomi Wilayah Selatan
Meski industri mendominasi perekonomian Jatim, sektor pertanian tetap memiliki peran penting, terutama di wilayah selatan. Jatim dikenal sebagai lumbung pangan nasional dengan produksi terbesar dari berbagai komoditas seperti padi, susu, daging, dan kedelai. Wilayah Banyuwangi, Jember, dan Malang menjadi sentra utama dari produksi pertanian tersebut.
Ari Basuki menjelaskan bahwa potensi pertanian di wilayah selatan bisa menjadi penggerak utama perekonomian jika dikelola secara optimal. Namun, saat ini, minat generasi muda untuk terjun di bidang pertanian masih rendah. Untuk mengatasi hal ini, Pemprov Jatim telah melakukan berbagai upaya, termasuk edukasi dan sosialisasi tentang manfaat serta peluang di sektor pertanian.
Investasi dan Pengembangan Kawasan Industri
Selain sektor pertanian, investasi juga menjadi salah satu fokus utama dalam memperkuat perekonomian Jatim. Dalam periode Januari hingga September 2025, realisasi investasi mencapai Rp105,1 triliun, atau sekitar 75% dari target tahunan sebesar Rp147 triliun.
Selain itu, Jatim memiliki 13 kawasan industri yang beroperasi dengan total luas 4.649 hektare, yang sebagian besar tersebar di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Pemprov Jatim juga sedang mempersiapkan rencana pembangunan kawasan industri Ngawi, yang diharapkan dapat menjadi lokomotif baru bagi perekonomian wilayah tengah dan selatan Jatim.
Infrastruktur Pendukung untuk Konektivitas Wilayah
Untuk meningkatkan daya saing dan memicu pertumbuhan ekonomi di wilayah selatan, Pemprov Jatim telah menyusun strategi infrastruktur pendukung. Salah satu proyek utama adalah Jalan Lintas Selatan (Pansela), yang akan menghubungkan wilayah utara dan selatan Jatim.
Proyek ini melibatkan delapan kabupaten pesisir selatan, termasuk Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember, dan Banyuwangi. Saat ini, jalur ini masih dalam tahapan pembebasan lahan oleh pemerintah daerah masing-masing. Pemerintah pusat akan bertanggung jawab atas pembangunan jalan, sehingga diperlukan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah.
Ari Basuki optimis bahwa dalam lima tahun ke depan, jalur ini akan selesai dibangun dan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian wilayah selatan.
Tantangan dan Harapan Masa Depan
Meskipun ada banyak upaya yang dilakukan, tantangan seperti kesenjangan ekonomi dan kurangnya minat generasi muda di sektor pertanian tetap menjadi isu yang harus diperhatikan. Pemprov Jatim berkomitmen untuk terus memperkuat sektor-sektor ekonomi yang berpotensi, baik melalui investasi, pengembangan infrastruktur, maupun penguatan sektor pertanian.
Dengan langkah-langkah strategis yang diambil, diharapkan perekonomian Jatim dapat lebih seimbang dan berkelanjutan di masa depan. ***





