PARLEMENTARIA.ID – Komisi III DPRD NTT menyampaikan beberapa catatan terhadap Komisaris dan Direksi Bank NTT. Salah satu poinnya adalah Bank NTT tidak menghambat proses pemberian kredit.
Ketua Komisi III DPRD NTT Yohanes De Rosari mengatakan, pihaknya telah menggelar pertemuan perdana dengan manajemen Bank NTT, Senin (1/12/2025). Agenda itu merupakan bagian dari silahturahmi.
“Pak Direktur menyampaikan, menjelaskan program kerjanya tahun 2026,” katanya, Selasa (2/12/2025) di Ruang Komisi III DPRD NTT.
Yohanes menyebut sekalipun Direksi Bank NTT adalah wajah baru dan memulai pekerjaan belum genap dua bulan, tapi mereka sudah berkontribusi ke pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 38 miliar. Tahun depan, rencananya target PAD sebesar Rp 100 miliar.
“Tetapi Komisi menyoroti pengurangan kesulitan dalam proses verifikasi kredit. Harus dibuat lebih sederhana. Terutama untuk kelompok petani perempuan dan petani,” ujar Yohanes De Rosari.
Politikus Golkar itu menyampaikan, verifikasi kredit itu tidak harus rumit. Komisi III DPRD menaruh perhatian serius terhadap hal itu. Sisi lain, DPRD NTT meminta Bank NTT agar memperkuat penyaluran kredit produktif.
“Selain kredit konsumtif, kredit produktif perlu dimaksimalkan,” katanya.
Begitu pula dengan kerja sama yang terjalin dengan Bank Jatim. Komisi III DPRD mengharapkan agar Bank NTT senantiasa bekerja sama dengan Pemerintah sehingga masa kerja sama tidak berlangsung terlalu lama. Maksimal, menurutnya, dalam lima tahun Bank NTT sudah seharusnya mampu beroperasi secara mandiri.
Sisi lain, pihaknya menekankan agar Bank NTT bisa mengurangi biaya operasional hingga 85 persen. Sebab, anggaran operasional saat ini terbilang cukup besar. Paling tidak, biaya operasional ditekan dan digunakan secara efisiensi.
“Efektif baik dalam biaya operasional maupun biaya lainnya. Dapat dikurangi, jangan terlalu besar biaya operasionalnya,” katanya.
Menurutnya, dalam manajemen baru Bank NTT, Komisi III DPRD NTT menginginkan adanya inovasi untuk menekan NPL yang muncul akibat kredit macet. Agunan produktif dapat dijual lewat lelang atau cara serupa agar membantu mengurangi NPL.
Yohanes menyampaikan dalam rencana pengelolaan, akan dilakukan pengurangan jumlah karyawan di Bank NTT. Penjelasan dari Direksi Bank NTT mengakui jumlah karyawan yang cukup besar di bank daerah tersebut.
“Bank NTT juga ingin melakukan penghematan struktur yang serupa dengan fungsi,” katanya.
Wakil Ketua Komisi III DPRD NTT Kristoforus Loko menambahkan, pihaknya mengapresiasi berbagai program dan rencana manajemen Bank NTT. Ia menyebut jajaran baru ini tidak salah dipilih Gubernur NTT selaku Pemegang Saham Pengendali (PSP).
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan, ia mengungkapkan keyakinan bahwa Bank NTT dapat menjadi lebih transformatif. Bahkan, menurutnya, impian besar yang dimilikinya adalah mendorong Bank NTT agar semakin berkembang.
Rencana awal, Direksi melakukan penggabungan dan perbaikan internal serta mengajak investor strategis untuk memperkuat modal Bank NTT. Termasuk, melakukan IPO pada tahun 2027.
“Jika dilaksanakan secara konsisten, impian Pak Gubernur untuk menjadikan Bank ini berkualitas, saya rasa akan tercapai,” katanya.
Direktur Utama Bank NTT, Charlie Paulus, memaparkan sejumlah langkah strategis manajemen baru untuk memperkuat performa bank daerah tersebut. Ia menegaskan fokus utama saat ini adalah memperbaiki kinerja internal, terutama terkait penanganan kredit bermasalah.
“Kami berharap tingkat pinjaman bisa dikurangi, dan saya akan menyusun respons khusus agar ada tim yang benar-benar fokus menyelesaikan penagihan dan hal-hal lainnya,” ujar Charlie.
Selain kredit konsumtif yang selama ini menjadi dominasi portofolio, Bank NTT rencananya akan memperluas pembiayaan ke sektor kredit komersial, terutama yang mendukung perkembangan UMKM. Program kredit untuk ibu-ibu pengusaha serta pemberdayaan wirausaha lokal juga menjadi fokus utama.
“Kami juga akan melakukan perbaikan agar organisasi menjadi lebih sederhana dan tanggung jawab setiap bagian lebih terperinci,” tambahnya.
Charlie Paulus memastikan bahwa kerja sama antara KUB dengan Bank Jatim telah selesai. Bank Jatim secara resmi menyetor modal sebesar Rp 100 miliar ke Bank NTT pada malam 30 September 2025, yang menjadi tanda penyelesaian kerja sama yang telah lama dibicarakan.
Mengenai dividen, Bank NTT menargetkan keuntungan tahun buku 2026 mencapai sekitar Rp 262 miliar, yang akan dibagikan kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi masing-masing. Sementara untuk tahun 2025, laba kotor diperkirakan berada di kisaran Rp 204 miliar. ***






