PARLEMENTARIA.ID – Seminar Nasional Naskah Nusantara yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi momen penting dalam memperkuat pemahaman tentang hubungan historis antara Gresik dan Lombok. Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dan Manuskripedia, dengan tema utama “Giri-Lombok, Kolaborasi Lintas Pilar Menuju Kedaulatan Sejarah dan Budaya Bangsa”.
Jejak Sejarah Sunan Prapen dan Pengaruhnya pada Lombok
Ketua DPRD Gresik, Muhammad Syahrul Munir, hadir sebagai pembicara utama dalam seminar tersebut. Ia menjelaskan bahwa hubungan sejarah antara Gresik dan Lombok tidak dapat dipisahkan dari peran Sunan Prapen, cucu dari Sunan Giri, yang menjadi tokoh penting dalam penyebaran agama Islam di Lombok pada abad ke-16.
“ajaran Islam yang kini mendominasi kehidupan masyarakat Lombok dibawa langsung dari pusat spiritual Giri Kedaton di Gresik,” ujarnya. Menurut Syahrul, pengaruh Sunan Prapen terlihat melalui berbagai bukti sejarah seperti Masjid Bayan Beleq dan makam raja-raja Selaparang. Pola dakwah Sunan Prapen juga mencerminkan pendekatan damai namun tetap tegas, mulai dari demonstrasi militer hingga syiar menggunakan rebana dan salat sunnah.
Pentingnya Kajian Sejarah untuk Pemahaman Peradaban
Syahrul menekankan bahwa kajian sejarah harus terus dilakukan untuk memperkuat pemahaman tentang perjalanan peradaban kedua daerah. Ia menilai bahwa interaksi Sunan Prapen dengan Prabu Rangkesari, penguasa Lombok waktu itu, menjadi titik penting dalam percepatan Islamisasi Lombok. “Hubungan historis inilah yang harus terus dikaji untuk memperkuat pemahaman tentang perjalanan peradaban kedua daerah,” ujarnya.
Upaya Pemerintah dalam Pelestarian Budaya
Selain itu, Syahrul juga menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Gresik terus mendorong upaya pemajuan kebudayaan melalui regulasi dan program pendidikan. Salah satu contohnya adalah Perda Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pemajuan Kebudayaan Daerah serta hadirnya muatan lokal Sejarah Gresik di sekolah-sekolah.
Namun, ia mengakui bahwa pelestarian kebudayaan masih menghadapi tantangan, seperti belum optimalnya rencana induk pariwisata daerah, tumpang tindih kewenangan pelestarian, serta lemahnya organisasi pengelola wisata. “Kajian seperti ini penting agar ada afirmasi baru mengenai data dan sejarah Sunan Prapen yang nantinya bisa memperkaya materi muatan lokal Gresik,” tambahnya.
Momen Pertukaran Ilmu dan Budaya
Syahrul berharap seminar ini dapat memperkuat pertukaran ilmu dan kebudayaan antara Gresik dan Lombok. Ia menilai bahwa kajian lintas daerah tidak hanya memperkaya khazanah keilmuan, tetapi juga menjadi pijakan revitalisasi tradisi dan penguatan identitas budaya bangsa.
Pertemuan ini juga mempertemukan tokoh, akademisi, dan budayawan untuk menelisik kembali hubungan peradaban antara Giri (Gresik) dan Lombok. Dengan demikian, acara ini menjadi langkah awal dalam membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya sejarah dalam memperkuat identitas nasional. ***






