PARLEMENTARIA.ID – Ketua DPRD DIY, Nuryadi, menegaskan bahwa menjaga harga wajar dan pelayanan ramah merupakan kunci utama dalam menjaga kepercayaan wisatawan selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Momentum ini tidak hanya menjadi kesempatan untuk berbelanja, tetapi juga memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk mencari rezeki secara adil dan transparan.
Mendorong Kesiapan Masyarakat sebagai Tujuan Wisata
Libur panjang Nataru sering kali menjadi momen kedatangan masyarakat dari berbagai daerah ke Yogyakarta. Hal ini dianggap sebagai peluang ekonomi besar, namun Nuryadi menekankan bahwa hal tersebut harus diimbangi dengan sikap adil dan ramah dari masyarakat sebagai tuan rumah.
“Sebagai tuan rumah kita harus bisa menerima dengan baik. Momentum masyarakat datang ke Yogyakarta ini bukan sekadar berkunjung, tapi juga berbelanja dan mungkin menginap. Dari situ masyarakat bisa mencari rezeki dengan cara yang wajar,” ujar Nuryadi.
Menjaga Citra Pariwisata dengan Daftar Harga Transparan
Praktik nuthuk harga dinilai berisiko merusak citra DIY sebagai destinasi wisata unggulan. Wisatawan akan memberikan penilaian berdasarkan pengalaman menyeluruh, termasuk soal kesesuaian harga dan kualitas pelayanan.
“Kalau berdagang sebaiknya pakai daftar harga dan tidak memasang harga di atas kewajaran. Supaya mereka tidak kapok datang ke Yogyakarta. Fair itu penting agar citra kota tetap baik,” tegas Nuryadi.
Mengoptimalkan Dampak Ekonomi melalui Penginapan yang Lebih Lama
Nuryadi juga mendorong agar wisatawan tidak hanya sekadar singgah, tetapi dapat tinggal lebih lama di DIY. Dengan durasi menginap yang lebih panjang, dampak ekonomi diharapkan bisa dirasakan lebih luas, terutama oleh para pelaku UMKM.
“Dengan tol yang sudah dibuka hingga Prambanan, akses ke Yogyakarta semakin mudah. Ini membuka peluang besar wisatawan datang dan bertahan lebih lama. Dampaknya tentu pada PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan ekonomi masyarakat,” ucapnya.
Kebersihan dan Sinergi Pengelolaan Sampah
Selain persoalan harga dan keramahan, aspek kebersihan lingkungan menjadi poin krusial. Nuryadi menekankan bahwa pengelolaan sampah harus menjadi tanggung jawab bersama antara pedagang, pelaku wisata, dan pemerintah daerah.
“Kebersihan itu menjadi cerita tersendiri bagi wisatawan. Kalau kita bersih, ramah, dan harganya wajar, itu akan membekas. Semua pihak harus saling bertanggung jawab menjaga citra Yogyakarta,” imbuhnya.
Peran Pedagang dalam Menjaga Citra Wisata
Terkait kepadatan di kawasan ikonik seperti Malioboro, Nuryadi mengajak warga lokal untuk memberi ruang bagi wisatawan. Sikap toleransi ini dinilai sebagai perwujudan karakter warga Jogja yang ramah.
Persiapan Bersama untuk Meningkatkan Pendapatan Daerah
Nuryadi optimistis lonjakan kunjungan selama Nataru akan mendongkrak pendapatan daerah. Namun, hal itu hanya bisa terwujud jika masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah bersinergi menjaga kenyamanan serta reputasi DIY di mata wisatawan nasional maupun mancanegara.
Strategi Jangka Panjang untuk Pariwisata Berkelanjutan
DPRD DIY menekankan pentingnya strategi jangka panjang untuk menjaga pariwisata sebagai salah satu sumber utama perekonomian. Dengan fokus pada keberlanjutan, kebersihan, dan keadilan harga, DIY dapat tetap menjadi destinasi wisata yang diminati oleh banyak kalangan.
Kesiapan Infrastruktur dan Layanan Wisata
Selain persiapan dari sisi harga dan kebersihan, infrastruktur seperti transportasi dan fasilitas umum juga perlu diperhatikan. Akses yang mudah dan layanan yang memadai akan meningkatkan pengalaman wisatawan selama libur Nataru.
Secara keseluruhan, keberhasilan pariwisata DIY selama Nataru bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Dengan menjaga harga wajar, pelayanan ramah, dan kebersihan lingkungan, DIY dapat mempertahankan citra sebagai destinasi wisata unggulan. ***







