PARLEMENTARIA.ID – Jawa Timur, yang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata utama di Indonesia, menghadapi tantangan berupa ancaman bencana cuaca ekstrem menjelang liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Meski begitu, pelaku industri perhotelan di wilayah ini tetap optimistis bahwa tingkat okupansi kamar akan mencapai 90% selama momen liburan tersebut.
Ancaman Bencana Cuaca Ekstrem di Jawa Timur
Jawa Timur tergolong rentan terhadap bencana Geo-Hidrometeorologi, termasuk banjir bandang dan tanah longsor, terutama saat memasuki fase puncak musim hujan pada Desember hingga awal Januari 2026. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti morfologi kipas aluvial di lereng perbukitan atau pegunungan vulkanik, serta batuan kuarter tua yang mudah mengalami pelapukan.
Irwan Susilo, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jawa Timur, menjelaskan bahwa potensi bencana di Jatim sangat beragam, terutama di bagian tengah dan selatan. Ia mencontohkan peristiwa longsor di Dusun Selopuro, Kabupaten Nganjuk, yang disebabkan oleh kondisi batuan yang lapuk dan pembukaan lahan yang tidak terkendali. Selain itu, kesalahan tata ruang kota juga menjadi faktor utama dalam munculnya bencana banjir di sejumlah daerah.
Upaya Mitigasi dan Persiapan Hotel
Meskipun ancaman bencana mengintai, para pengusaha hotel di Jawa Timur telah melakukan langkah-langkah mitigasi untuk memastikan kelancaran operasional selama masa liburan. Koordinasi dengan pemerintah daerah dan aparat keamanan menjadi fokus utama. Beberapa hotel juga meningkatkan promosi untuk menarik lebih banyak tamu, terutama dari kalangan lokal maupun ekspatriat.
General Manager Ascott Waterplace Surabaya, Handrian Wijaya, menyampaikan bahwa okupansi kamar selama libur Natal sudah mencapai 70%, sedangkan pada malam Tahun Baru mencapai 90%. Ia mengungkapkan strategi promosi “Save More, Stay More” yang memberikan diskon bagi tamu yang memesan kamar lebih dari satu malam.
Proyeksi Okupansi dan Pendapatan Hotel
Dwi Cahyono, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur, memproyeksikan tingkat okupansi hotel di Jatim mencapai 90% selama Nataru dan libur sekolah. General Manager Atria Hotek Malang, Ibnu Darmawan, menambahkan bahwa proyeksi okupansi kamar meningkat antara 18–25% dibanding minggu reguler Desember, dengan rata-rata okupansi di kisaran 80–88%.
Selain itu, pendapatan hotel selama periode Nataru juga diproyeksikan meningkat signifikan. Room Revenue diperkirakan naik 30–45%, sementara F&B Revenue meningkat 20–28% karena kombinasi kenaikan okupansi dan tarif, serta program kuliner dan aktivitas keluarga.
Strategi Pemasaran dan Pengalaman Tamu
Untuk menarik minat tamu, hotel-hotel di Jatim memperkuat strategi pemasaran melalui berbagai saluran, termasuk online travel agency (OTA), direct booking, dan kerja sama dengan corporate. Selain itu, peningkatan kualitas layanan dan pengalaman tamu menjadi fokus utama. Misalnya, Ascott Waterplace Surabaya menawarkan konsep service apartment yang cocok bagi keluarga, sementara Atria Hotek Malang memberikan paket kuliner dan aktivitas keluarga untuk meningkatkan daya tarik tamu.
Peningkatan tarif kamar juga dilakukan, terutama pada tanggal-tanggal penting seperti 23 Desember hingga 1 Januari. Kenaikan harga berkisar antara 20-30% dibanding tarif reguler, didorong oleh permintaan tinggi dan kompetisi pasar.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Meski ada ancaman bencana, industri perhotelan Jawa Timur tetap optimistis menghadapi Nataru 2025/2026. Dengan strategi yang tepat dan koordinasi yang baik, para pelaku usaha percaya bahwa mereka dapat mencapai target okupansi dan pendapatan yang tinggi. Namun, upaya mitigasi terhadap bencana harus terus diperkuat agar tidak mengganggu kunjungan wisatawan dan operasional bisnis. ***





