PARLEMENTARIA.ID – Ketua Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Jawa Timur, Heru Satriyo, resmi menutup gelaran Jatim Emas Exhibition Fair (JEEF) 2024 pada Minggu malam (10/11/2024). Acara penutupan diwarnai dengan kehadiran anak-anak yatim piatu serta penyandang disabilitas sebagai tamu kehormatan, menggarisbawahi komitmen terhadap inklusivitas dan kepedulian terhadap kelompok rentan.
“Kami berupaya memberi ruang kepada teman-teman disabilitas dan yatim piatu untuk berdaya dalam masyarakat. Mereka perlu dukungan dari pemerintah dan masyarakat luas. Lewat pameran ini, kami memberi kesempatan bagi mereka untuk lebih tampil,” ujar Heru dalam pidato penutup yang dilangsungkan secara sederhana.
Heru juga mengapresiasi dampak positif acara ini bagi perekonomian lokal, terutama bagi pelaku UMK dan UMKM di Jawa Timur. “Setiap hari terjadi peningkatan omzet, menunjukkan bahwa konsep Jatim Emas Exhibition Fair ini sangat berdampak bagi ekonomi pelaku UMK/UMKM di daerah ini. Semoga ini menjadi contoh untuk pameran serupa,” ungkapnya.
Didukung oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), acara ini memberikan fasilitas gratis bagi UMK dan UMKM yang berpartisipasi. “Kami bukan hanya mengejar keuntungan, tetapi juga berdampak sosial,” tambah Heru, menegaskan misi sosial acara tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Heru mengkritik dugaan adanya penyalahgunaan anggaran oleh pemerintah, khususnya terkait program di Mall Pelayanan Publik yang menelan anggaran Rp2,9 miliar untuk acara penanaman pohon. Heru mempertanyakan transparansi anggaran tersebut dan menyatakan bahwa pihaknya akan terus memantau isu ini, bahkan berencana menggelar aksi pada 13 November di depan Convex Exhibition Grand City Mall.
“Anggaran sebesar itu seharusnya dipertanggungjawabkan secara transparan, terutama jika melibatkan kementerian. Kami akan terus mengawal hal ini,” tegas Heru.
Heru juga menyampaikan bahwa MAKI Jatim akan menggelar acara serupa di Epicentrum, Mataram, pada 15 Desember mendatang, dengan harapan bahwa Jatim Emas Exhibition Fair bisa menjadi inspirasi bagi pameran inklusif di wilayah lain. “Semoga acara ini terus berkembang dan manfaatnya dirasakan lebih banyak kalangan,” harap Heru.
Penutupan JEEF 2024 juga dimeriahkan oleh komunitas disabilitas, termasuk anak-anak dari komunitas Tatuli. Memanfaatkan momentum Hari Pahlawan, komunitas Cerita Teman Tuli (Latuli) menampilkan flashmob berjudul “Semua Bisa Jadi Pahlawan” dengan pesan khusus untuk masyarakat. Dalam flashmob ini, anggota komunitas memperagakan bahasa isyarat dan mengajak penonton untuk belajar huruf-huruf dalam bahasa isyarat.
Selain komunitas Tuli, Komunitas Istana Karya Disabilitas Surabaya juga berpartisipasi, menampilkan pertunjukan lagu-lagu bertema nasionalisme seperti “Indonesia Pusaka” dan “10 November”. Pertunjukan ini mendapat sambutan hangat dari para penonton.
Ketua Yayasan Semesta Rumah Kita, Inge Ariani Safitri, menyampaikan pentingnya pemahaman bahasa isyarat untuk meningkatkan kesejahteraan penyandang tuli. “Jika bahasa isyarat bisa dipahami oleh masyarakat luas, komunikasi dengan teman-teman tuli akan lebih lancar. Hal ini juga akan membantu meningkatkan kesejahteraan mereka,” ucap Inge.
Ia berharap agar acara serupa sering diadakan sebagai bentuk penghargaan, bukan belas kasihan. “Anak-anak disabilitas butuh dihargai, bukan dikasihani,” tutup Inge. (yud)