Komisi II DPRD Flores Timur ke Jutrawara Sumur Bor di Solor, Pikiran Mereka Tersihir

banner 468x60

PARLEMENTARIA.ID – Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Flores Timur sangat terkejut mendengar cerita dari Kepala Desa dan Ketua BPD Nuhalolon tentang pemindahan lokasi serta pergantian kelompok tani yang akan mengelola proyek pembangunan sumur bor di area Biri dalam wilayah desa itu. Hal ini diketahui ketika mereka melaksanakan kunjungan lapangan di Desa Nuhalolon pada hari Rabu, tanggal 7 Mei 2025.

Keheranan anggota Komisi II DPRD Flores Timur itu terus bertambah saat mendengar cerita tentang ruang kerjasama yang intens digunakan oleh orang yang menyatakan dirinya sebagai Ketua Tim Pemenangan Paket ADDIBU dari Dapil Solor. Selain itu, muncul pula informasi tentang hadirnya salah satu anggota DPRD Flores Timur dari Fraksi NasDem di tempat pengeboran air ketika upacara pembukaan proyek dilangsungkan pada tanggal 2 Mei 2025 kemarin.

banner 336x280

Kepala Desa Nuhalolon, Markus Klau Keray, dalam pertemuan dengan rombongan Komisi II yang terdiri dari Theodorus M. Wungubelen, Vinsensius Suban Hikon, Yosep Sani Betan, Polikarpus Blolo, Budi Sucipto Bin Nurdin, serta Silvinus Lego Ama, menyatakan bahwa pihaknya hanya diberitahu tentang kegiatan survai dan membantu memuluskan proses administratif terkait serah-terima tanah serta persiapan grup Ema Sare di area Moto Uak.

Mereka malah terkejut setelah menerima informasi dari orang yang tak berhubungan dengan instansi atau Dinas Pertanian serta Ketahanan Pangan Kabupaten Flores Timur. Informasinya menyebutkan adanya pergeseran lokasi dan pergantian calon Poktan dari Ema Sare menjadi Putri Cendana usai survei kedua tanpa sepengetahuan Pemerintah Desa Nuhalolon tersebut.

Kepala Desa Markus dengan rinci menceritakan setiap detil dari kejutan yang dialami sampai proses pindahkan perlengkapan pengeboran menuju tempat baru itu. Dia juga bercerita tentang upacara dimulainya kerja yang direncanakan untuk tanggal 2 Mei 2025 ketika dia serta Kepala Badan Permusyawaratan Desa tengah menantikan kedatangan rombongan Dinas Peternakan di balai desa tersebut.

Kepala Desa Markus menceritakan bahwa dia pernah menyumpah seorang yang mengklaim sebagai Ketua Tim Pemenangan Paket ADDIBU Dapil Solor ketika sedang berkoordinasi pada hari penyelenggaraan upacara itu.

Saya tidak memiliki hubungan kerja langsung dengan ibu; justru, hubungan kerja kami ada dengan Dinas Pertanian,” katanya menirukan tegurnya saat dia menunggu kedatangan rombongan dari Dinas Pertanian yang akan hadir dalam acara seremonial itu. Apakah ibu sudah siap? tambahnya.

Bersama dengan Ketua BPD, Kepala Desa Markus menyatakan bahwa mereka sangat terkejut mendengar kabar dari seorang-oknum itu, dimana ternyata upacara sudah dilakukan.

Meskipun penuh dengan rasa menyesal karena telah melecehkankan dan tidak menghormati Pemerintahan Desa Nuhalolon dibelakang cerita pemindahan lokasi beserta calon kelompok tani tersebut, dia masih berharap kepada rombongan Komisi II DPRD Flores Timur supaya tetap mengerjakan sumur bor di area Nuhalolon.

Pada saat bersamaan, Ketua BPD Eman Keray secara jelas dan rinci menceritakan kronologi penyesuaian lokasi beserta poktan yang menurut dia dipenuhi aspek politik tersebut.

Tanda-tanda tersebut dengan jelas nampak pada pernyataan individu tak berkedudukan yang secara leluasa mengaku dirinya sebagai kepala tim pemenang saat bertemu dengan Kepala Desa.

Bahkan, aspek politiknya juga jelas terlihat dengan hadirnya salah satu anggota DPRD Flores Timur yang cukup familiar bagi masyarakat dan berafiliasi dengan Fraksi NasDem di tempat tersebut saat upacara tradisional pemboran air dilangsungkan.

“Sebelumnya sebagai Ketua BPD, saya sudah berkonsultasi dengan kepala desa terkait koordinasi dengan pihak pengejawantah agar sementara waktu mereka tidak melanjutkan kegiatan kerja mereka. Hal ini disebabkan adanya beberapa masalah yang perlu diselesaikan seperti yang telah dijelaskan oleh kepala desa tersebut. Saya dan tim juga mematuhi proses diskusi tentang APBD dalam skema permohonan anggaran pra-perubahan tahun 2025,” jelasnya dengan nada frustrasi.

Sebagai anggota DPRD Flores Timur, orang itu harus dapat menggambarkan keadaan saat ini tentang pengiriman perlengkapan sebelum dana disahkan oleh DPRD dan juga situasi pasca persetujuan namun belum tertuang dalam sistem neraca keuangan.

“Maka kenapa begini? Apalagi perubahan tersebut dijalankan melalui proses penghalusan dengan tambahan label sebagai anggota tim sukses,” tegasnya.

Meskipun begitu, dia juga mengharapkan bahwa usaha Koordinator BPP Nusa Cendana Solor Barat untuk menjaga setidaknya satu titik sumur bor tetap ada di Biri tidak akan berubah. Akan tetapi, dia minta supaya posisinya kembali ke titik awal, tempat seluruh proses tersebut sudah dikenali dan dibantu oleh Pemerintahan Desa Nuhalolon.

Permintaan supaya sumur bor tidak berpindah ke luar Biri juga ditekankan kembali oleh Koordinator BPP Nusa Cendana, Petronela Keray.

Ketua Komisi II, Theodorus Wungubelen, dalam pemaparan cerita-cerita tersebut dan dengan adanya permintaan itu mengharapkan Kepala Desa dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa dapat mendukung penanganan berbagai masalah yang tengah muncul di daerah Nuhalolon.

“Anggaran untuk proyek ini sudah disetujui oleh kami dan sebagian dari dana tersebut akan dialokasikan untuk desa Biri di area Nuhalolon. Ini berarti kami setuju agar lokasi pengeboran sumur tetap tidak diganti. Mari kita kunjungi situsnya bersama,” katanya.

Seperti halnya Theodorus Wungubelen, Yosep Sani Betan juga menekankan pentingnya penyelesaian masalah-masalah yang dapat mengundang konflik horisontal guna mendukung implementasi proyeksipenyediaan sumur bor tersebut.

Seperti yang diamati oleh tim media ini, ketika melakukan inspeksi ke area pengeboran di posisi Biri, yaitu tanah milik Joni Sogen, anggota Komisi II kembali merasa terkejut.

Meskipun kegiatan kerja sudah dihentikan sebentar, tetapi secara tidak langsung tampak bahwa proses pengeboran masih berlangsung setelah upacara dilakukan. Terlihat ada dua pipa yang telah ditempatkan.

“Soal rekomendasi Komisi II akan kami umumkan sekembalinya kami ke Larantuka dan melaporkan hasil tinjauan kami ke pimpinan DPRD dan pasca menggelar rapat internal Komisi II,” tegas Theodorus Wungubelen.

Dari sana, kelompok dari Komisi II itu ditemani oleh tim Dinas Pertanian mengunjungi tempat pengeboran sumur di area Otan. ***

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *