Gubernur Koster Dukung Diplomasi Budaya Bali dan Tiongkok Melalui Pertukaran Long Yan

DAERAH, PEMERINTAHAN72 Dilihat

PARLEMENTARIA.ID – Gubernur Bali, Wayan Koster menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi terhadap pelaksanaan Pertukaran Seni Budaya suku warga Long Yan dari luar negeri, yang diselenggarakan oleh Yayasan Paguyuban Warga Long Yan, di Ballroom Hotel Intercontinental, Jimbaran, Badung, Jumat (7/11).

Hal ini menunjukkan bahwa getaran Bali sebagai destinasi perdamaian dunia memberikan kepercayaan kepada berbagai pihak untuk terus memperkuat rasa persatuan dan persaudaraan yang kuat antar negara, antar wilayah, serta antar suku, meskipun memiliki perbedaan masing-masing.

“Kegiatan ini menunjukkan wujud nyata semangat melestarikan nilai seni dan budaya yang tinggi, serta komitmen memperkuat hubungan antar bangsa melalui jalur diplomasi budaya, sekaligus menjadi jembatan antara masyarakat Long Yan dari berbagai negara, khususnya di Provinsi Bali-Indonesia,” ujar Gubernur Wayan Koster.

Koster menyampaikan bahwa ia menghargai hubungan yang baik antara Indonesia dan Tiongkok.

“Saya sangat menghargai hubungan yang baik antara Indonesia dan Tiongkok. Saya sengaja memakai pakaian dari kain tenun tradisional endek berwarna merah, sebagai lambang yang sering digunakan oleh masyarakat Tiongkok, dan saya sangat menyukai warna merah sesuai dengan partai yang saya ikuti”, tambahnya.

Tiongkok dan Bali Mempunyai Kebudayaan yang Kuat

Gubernur Wayan Koster juga mengakui bahwa pihaknya sangat menghargai negara Tiongkok, karena memiliki peradaban budaya yang sangat kuat, mirip dengan budaya Bali, yang sama-sama muncul dalam berbagai bentuk, terutama aksaranya dalam berbagai sektor dan kegiatan.

“Saya sangat memahami bahwa dengan peradaban yang kuat, maka Tiongkok akan menjadi negara yang tangguh dan besar di dunia. Dan Tiongkok merupakan negara maju yang didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga dikenal oleh masyarakat luas,” katanya.

Salah satu hal yang membuat Gubernur Wayan Koster mengagumi Tiongkok adalah seorang pemimpin tertinggi negara tersebut selama periode tahun 1978 hingga 1989, yaitu Deng Xiaoping, yang dikenal dengan pernyataannya bahwa “dia tidak akan pernah membedakan antara kucing berwarna hitam atau putih, yang penting adalah mampu menangkap tikus.”

Selain itu, Gubernur Koster menyampaikan bahwa selama masa kepemimpinannya pada periode pertama, ia juga berkesempatan untuk menjemput sekaligus menghadiri kegiatan G20 pada tahun 2022 lalu, hingga akhirnya kembali mengantarkan Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping, kembali ke negaranya.

Seperti yang diketahui umum, Tiongkok telah menjadi negara maju dan kuat di dunia serta memiliki hubungan baik dengan Indonesia. Ketekunan dan kesetiaan masyarakat Tiongkok khususnya dalam bidang ekonomi menjadi teladan yang layak untuk ditiru. Di masa depan Bali mampu memperkuat identitas diri dan membentuk karakter bangsa sekaligus memperkuat hubungan keluarga dunia, khususnya antara Indonesia dan Tiongkok dalam membangun peradaban.

“Melalui budaya, kita mengenal nilai-nilai mulia yang telah diwariskan oleh leluhur kita, yang mengajarkan kita tentang semangat kerja, kesetiaan, toleransi, serta harmoni dalam kehidupan sosial,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut Koster, kegiatan semacam ini diharapkan tidak hanya menjadi kesempatan yang sekadar mengumpulkan seniman dan tokoh budaya, tetapi juga menyatukan hati dan pikiran dari berbagai latar belakang agar saling memahami dan menghargai.

Di tengah tantangan globalisasi yang berkembang pesat, kegiatan pertukaran seni dan budaya menjadi sangat penting untuk memperkuat identitas nasional sekaligus meningkatkan solidaritas antar bangsa.

Melalui seni dan budaya, kita mampu menyampaikan pesan perdamaian, toleransi, serta kemanusiaan kepada dunia, sebab hal ini selaras dengan semangat masyarakat Long Yan yang menghargai nilai tradisi, kesadaran, dan kebersamaan di tengah tantangan globalisasi. Selain itu, dalam era digital saat ini, pelestarian budaya tidak hanya bisa dilakukan secara konvensional, sehingga kita perlu mendorong generasi muda untuk belajar, menghargai, serta mengadaptasi budaya melalui bentuk kreativitas dan modernisasi,” ujarnya.

Pertukaran seni dan budaya semacam ini perlu menjadi sarana bagi para pemuda, untuk memperluas wawasan, memperkuat jaringan, serta meningkatkan rasa percaya diri terhadap seni dan budaya yang dimilikinya. Dengan demikian, generasi muda saat ini tidak hanya sekadar menjadi pengamat, tetapi juga dapat menjadi pelaku dan pewaris budaya yang aktif, kreatif, serta mampu melanjutkan warisan leluhur ini.

Pemerintah Provinsi Bali sangat terbuka dalam menjalin kerja sama di bidang kebudayaan. Masa depan, Yayasan Paguyuban Warga Long Yan Jakarta diharapkan mampu terus bekerja sama dengan instansi pemerintah, lembaga pendidikan, dan juga komunitas seni guna mengembangkan berbagai program seperti festival budaya tahunan yang berskala internasional, pertukaran pelajar dan seniman antar negara, pameran serta lokakarya budaya, serta program pelatihan dan pengembangan ekonomi yang berbasis budaya.

“Melalui kolaborasi yang berkelanjutan, kita bisa memastikan bahwa nilai-nilai luhur budaya tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas,” katanya.

Gubernur Bali Wayan Koster berharap, kegiatan ini menjadi awal dari kerja sama yang lebih erat antara masyarakat Long Yan dari berbagai penjuru dunia dengan masyarakat Indonesia, khususnya warga Bali. Gubernur Wayan Koster juga menyampaikan harapan besar, semoga dari pulau Bali dapat menyebar pesan perdamaian, persaudaraan, dan harmoni bagi seluruh dunia. ***